Masjid Agung Kauman Pekalongan adalah sebuah masjid di Pekalongan Jawa Tengah.
Lokasi masjid ini berada di alun alun kota Pekalongan. Masjid
peninggalan sejarah ini menjadi salah satu ciri khas Kota Pekalongan.
Meskipun telah dibangun beberapa Masjid baru yang tak kalah megahnya,
namun Masjid Agung Kauman ini tetap tak tergantikan sebagai simbol
islami warga Pekalongan.
Masjid ini sudah berusia 158 tahun. Pembangunan masjid ini
diprakarsai Raden Ario Wirio Tumengung Adi Negoro. Ruangan-ruangan di
masjid ini, terutama tempat salat utama, banyak dihiasi ornamen asli.
Kayu-kayunya masih dari bahan-bahan yang pertama kali digunakan untuk
pembangunan masjid. Di bangunan utama ada delapan tiang kayu yang
dikombinasikan dengan 22 tiang beton. Atap kayunya juga masih asli
menggunakan batang kayu dan tak ada sambungannya. Masjid Agung Al Jami berarsitektur Jawa-Arab. Ini bisa dilihat dari
kubahnya yang berbentuk joglo. Sementara arsitek Arab nampak dari
serambi masjid. Di depan ruangan masjid ada tiga ruangan. Di tengah
tempat iman. Sebelah kanan mimbar tempat khatib memberikan ceramah, dan
bagian kiri tadinya khusus tempat bupati saat itu beribadah. Namun kini
ruangan tersebut sudah tak diistimewakan lagi. Di sebelah kanan bangunan
masjid terdapat menara masjid.
Saat Ramadhan masjid ini selalu ramai dengan orang yang akan berbuka
puasa, panitia masjid agung selalu menyediakan ta’jil untuk berbuka
mulai dari makanan ataupun minuman dengan total ta’jil lebih dari 200
buah. Sembari menunggu berbuka kami selalu ada kajian islami selain
diadakannya tarawih berjamaah yang terkadang dihadiri oleh wali kota
atau wakil wali kota Pekalongan. Kegiatan keagamaan saat malam ahad ada
pengajian sehabis taraweh, ada pula khataman al-qu’ran, dan pembagian
zakat fitrah saat Idul fitri tiba.
Tradisi unik saat bulan Ramadan terdapat dua jamaah shalat tarawih
dengan jumlah rakaat berbeda. Satu sisi, ada satu jamaah shalat tarawih
dengan 23 rakaat. Satunya jamaah shalat tarawih 11 rakaat. Kebiasaan
unik itu bisa jadi hanya ada di Masjid Jami Kota Pekalongan di wilayah
pantura, bahkan Indonesia. Kendati beda rakaat, bukan alasan untuk tidak
menjaga ukhuwah islamiyah. Mereka tetap rukun, saling menghormati, dan
menghargai. Sebelum shalat tarawih, kedua golongan itu shalat isya
berjamaah dengan satu imam. Shalat tarawih dimulai bersama-sama. Usai
rakaat kedelapan, sebagian keluar dari shaf, kemudian mundur membentuk
shaf sendiri di belakang. Selanjutnya mereka melaksanakan shalat witir
tiga rakaat.Usai shalat witir, jamaah itu turun dari masjid. Sementara,
jamaah sebelumnya tetap melanjutkan shalat tarawih hingga 23 rakaat,
termasuk shalat witir. Tradisi itu sudah berjalan sejak dulu
sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Kauman_Pekalongan
sumber:http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Agung_Kauman_Pekalongan
mantap gan
BalasHapus